PENANGGULANGAN BAHAYA LONGSOR PERIODIK DI DUSUN WAILAWA DESA TAWIRI

Authors

  • Felix Kastanya Universitas Kristen Indonesia Maluku
  • Ferat Puturuhu Universitas Pattimura

DOI:

https://doi.org/10.46306/jabb.v1i2.17

Keywords:

Longsor, Perkerasan, penanaman stek pohom gamal, papan informasi

Abstract

Posisi Dusun Wailawa Desa Tawiri dikelilingi oleh lereng dan daerah aliran sungai yang memberikan potensi bencana setiap tahunnya terutama pada musim penghujan. Bencana berupa tanah longsor senantiasa mengancam warga yang memanfaatkan lereng gunung sebagai upaya pembangunan rumah tinggal dengan cara momotong kaki lereng. Hasil potongan terhadap kaki lereng tersebut membuat dinding lereng menjadi terbuka dan mudah longsor akibat tererosi oleh air hujan yang mengalir melalui bagian atas lereng dan bergerak menuruni badan lereng, sehingga terjadi longsor secara parsial yang dapat berubah menjadi massif. Lereng yang dipotong juga dimanfaatkan oleh perangkat desa untuk meletakan papan pengumuman yang tidak permanen sehingga mudah roboh atau rusak karena pengaruh hujan maupun tiupan angin. Untuk mengatasi masalah tersebut dilaksankan pengabdian kepada masyarakat dengan membuat perkerasan pada bagian atas lereng yang disertai dengan penanaman stek pohon gamal  pada bagian atas lereng yang dicoor dan penanaman stek pohon gamal pada bagian lereng diatasnya. Perkerasan diterapkan juga pada kaki lereng, dan pada badan lereng dibuat dinding penahan tanah yang berfungsi untuk menahan tanah sekaligus berfungsi sebagai papan pengumuman. Untuk mengamankan papa pengumuman tersebut dibuat rumah tidak permanen yang berfungsi juga sebagai pos jaga bagi masyarakat. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya longsor dan cara penanganannya, maka Sssialisasi dilakukan pada dua lokasi berbeda dengan jumlah peserta dibatasi lima belas peserta. Hasil pengabdian menunjukan Penanaman pohon gamal berupa stek pada daerah lereng yang memliki potensi longsor bervariasi dengan ketinggian 25cm sampai dengan 200cm, Perkerasan pada bagian atas lereng yang memiliki potensi longsor terbentuk dengan lebar 30cm – 50cm dan panjang 15 sampai 20m Dinding pengaman lereng yang memiliki fungsi ganda sesuai permintaan mitra terbentuk dengan ketinggian bervariasi 40 cm sampai 150cm. Terlaksananya sosialisasi tentang bahaya longsor dan penanganannya pada 2 lokasi yang berbeda dengan kenaikan tingkat pemahaman sebesar 32.5%

Downloads

Download data is not yet available.

References

Hardiyatmo, H. C. (2006a). Mekanika Tanah I (Keempat). Gadjah Mada University Press.

Hardiyatmo, H. C. (2006b). Penanganan Tanah Longsor & Erosi (Pertama). Gadjah Mada University Press.

Hilman, Y. A., DJ, E. W., & Nasution, R. D. (2020). Penguatan Ketrampilan Legislasi bagi Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP, Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Jurnal Abdimas Bina Bangsa, 1(1), 55-70.

Indonesia, S. N., & Nasional, B. S. (2013). Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung.

Kastanya, F. C. J., & Lewaherilla, N. M. Y. (2017). Penelitian Dosen Pemula Riset Dikti.

Kodoatie, R. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah (Pertama). ANDI OFFSET.

Mulyono, T. (2005). Teknologi Beton. ANDI.

Uji, C., & Beton, A. (1994). Ruang Lingkup Pengertian Persyaratan-persyaratan.

Published

2020-12-13

How to Cite

Kastanya, F., & Ferat Puturuhu. (2020). PENANGGULANGAN BAHAYA LONGSOR PERIODIK DI DUSUN WAILAWA DESA TAWIRI. Jurnal Abdimas Bina Bangsa, 1(2), 162-175. https://doi.org/10.46306/jabb.v1i2.17